I. PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Adanya pemahaman yang sempit
terhadap Islam (Al-Qur’an dan Hadis) membuat
umat Islam makin jauh tertinggal dibanding dengan umat yang lain (non Islam).
Baik dari segi ilmu pengetahuan, politik, ekonomi, sosial maupun budaya. Pemahaman
yang sempit tersebut juga menimbulkan perpecahan di kalangan umat Islam,
sehingga Islam makin lemah dalam percaturan kehidupan negara-negara dunia.
Islam yang dulu pernah mencapai
puncak kejayaannya, perlu dibangkitkan kembali melalui pola-pola pemahaman dan
pola-pola pikir umatnya yang lebih luas, mendalam, sistematis dan kreatif tanpa
harus merubah nilai-nilai dasar yang ada di dalamnya. Penelitian-penelitian
tentang Islam yang dulu dianggap tabu, sekarang perlu ditumbuhkembangkan guna
mencapai Islam yang benar-benar kaffah dan rahmatan lil ‘alamin. Para ilmuwan
Islam tidak perlu lagi terbelenggu pada perbedaan madhab, karena perbedaan itu
merupakan sesuatu yang manusiawi dan sebagai rahmat bagi Allah.
Pemahaman isi Al-Qur’an dan Hadis
sebagai sumber utama ajaran Islam tidak lagi terbatas pada pemahaman
tekstual/tersurat saja, tetapi perlu dikembangkan ke arah pemahaman yang
kontekstual/tersirat. Dengan kata lain, pendekatan yang digunakan dalam studi
Islam dan keislaman tidak lagi hanya menggunakan pendekatan normatifitas saja,
tetapi perlu dan sangat penting untuk menggunakan jenis-jenis pendekatan lain
yang dapat diterima oleh masyarakat yang sangat majemuk/kompleks. Agar Islam
dapat diterima, dipelajari, dipahami dan diamalkan ajarannya oleh umat manusia yang tersebar
diseluruh penjuru dunia yang berbeda-beda suku, adat istiadat, ras, bahasa,
letak geografis, dan lainnya, maka perlu tindakan nyata yang lebih arif dan
bijaksana dari para ilmuwan Islam.
Dengan pendekatan-pendekatan yang
sesuai dalam studi Islam dan keislaman, maka diharapkan akan tercapai Islam
yang ideal dan benar-benar menjadi rahmatan lil ‘alamin. Dalam hal ini, para ilmuwan mengemukakan beberapa pendekatan
dalam studi Islam yang dapat diterapkan yaitu pendekatan teologis normatis,
antropologis, sosiologis, filosofis, historis, kebudayaan dan psikologi.[1] Dengan berbagai pendekatan ini, diharapkan
umat Islam akan terbebas dari belenggu yang senantiasa mengungkungnya.
Salah satu pendekatan yang perlu
diterapkan dalam studi Islam adalah pendekatan antropologi. Antropologi seperti semua disiplin ilmu pengetahuan lainnya, harus
membebaskan dirinya dari visi yang sempit. Ia harus mempelajari sesuatu yang
baru, sederhana, tetapi kebenaran yang primordinal dari semua ilmu pengetahuan
yaitu kebenaran pertama Islam.[2] Untuk
mengetahui lebih jauh tentang apa itu antropologi dan pendekatan antropologi
dalam studi agama, serta bagaimana implementasi pendekatan antropologi dalam
studi Islam, maka penulis berusaha untuk mengkaji dan mengungkap lebih jauh
tentang “Pendekatan Antropologi dalam Studi Islam”.
B. Perumusan masalah
Beberapa permasalahan pokok yang
perlu diuraikan dalam pembahasan ini antara lain :
1. Apa itu antropologi dan pendekatan antropologi?
2. Meliputi apa saja obyek kajian dalam pendekatan
antropologi?
3. Bagaimakah cara kerja pendekatan antropologi dalam
studi Islam?
4. Bagaimanakan contoh rancangan penelitian yang
menggunakan pendekatan antropologi dalam studi Islam?
5. Adakah signifikasi antropologi
sebagai pendekatan studi Islam
II. PEMBAHASAN
A.
Pengertian
antropologi dan pendekatan antropologi
1.
Pengertian
antropologi
Antropologi
berasal dari kata anthropos yang berarti "manusia", dan logos yang
berarti ilmu.[3] Kata
antropologi dalam bahasa Inggris yaitu “anthropology” yang didefinisikan sebagai the
social science that studies the origins and social relationships of human
beings atau the science of the structure and functions of the human body.[4] yaitu (ilmu sosial yang mempelajari asal-usul
dan hubungan sosial manusia atau Ilmu tentang struktur
dan fungsi tubuh manusia). Antropologi juga bisa diartikan sebagai ilmu tentang manusia,
khususnya tentang asal-usul, aneka warna bentuk fisik, adat istiadat, dan
kepercayaannya pada
masa lampau.[5]
Menurut Koentjaraningrat antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat
manusia pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat
serta kebudayaan yang dihasilkan.[6]
Dari beberapa pengertian seperti yang
telah dikemukakan, dapat disusun suatu pengertian yang sederhana bahwa
antropologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang manusia dari segi
keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi,
nilai-nilai) yang dihasilkannya, sehingga setiap manusia yang satu dengan yang
lainnya berbeda-beda.
2.
Pengertian pendekatan antropologi
Dalam dunia
ilmu pengetahuan makna dari istilah pendekatan adalah sama dengan metodologi,
yaitu sudut pandang atau cara melihat dan memperlakukan sesuatu yang menjadi
perhatian atau masalah yang dikaji. Bersamaan dengan itu, makna metodologi juga
mencakup berbagai teknik yang digunakan untuk melakukan penelitian atau
pengumpulan data sesuai dengan cara melihat dan memperlakukan masalah yang
dikaji. Dengan demikian, pengertian pendekatan atau metodologi bukan hanya
diartikan sebagai sudut pandang atau cara melihat sesuatu permasalahan yang
menjadi perhatian tetapi juga mencakup pengertian metode-metode atau
teknik-teknik penelitian yang sesuai dengan pendekatan tersebut.[7]
Islam adalah agama samawi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui
malaikat Jibril. Islam tidak hanya diperuntukkan kepada Nabi Saw, tetapi juga
untuk umatnya (manusia). Supaya Islam dapat diterima dan ajarannya dipahami
serta dilaksanakan oleh umat manusia, maka didalam penyampaiannya harus
menggunakan pendekatan atau metodologi yang pas dan sesuai. Jika tidak, maka
dikhawatirkan dalam waktu yang tidak lama Islam hanya tinggal namanya
saja. Hal ini perlu disadari oleh para
ilmuwan muslim. Dan karena agama itu sangat erat hubungannya dengan manusia,
maka pendekatan antropologi sangat penting untuk diterapkan didalam studi
Islam.
Pendekatan antropologi dapat diartikan sebagai suatu sudut pandang atau
cara melihat dan memperlakukan sesuatu gejala yang menjadi perhatian terkait
bentuk fisik dan kebudayaan sebagai hasil dari cipta, karsa dan rasa manusia.
B.
Obyek kajian dalam
Pendekatan antropologi
Ditinjau dari pengertian antropologi tersebut, obyek kajian dalam
antropologi mencakup 2 (dua) hal yaitu :
1.
Keanekaragaman
bentuk fisik manusia.
2.
Keanekaragaman
budaya/kebudayaan sebagai hasil dari cipta, karsa dan rasa manusia.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat yang mengatakan bahwa secara umum obyek kajian antropologi dapat
dibagi menjadi dua bidang, yaitu antropologi fisik yang mengkaji makhluk
manusia sebagai organisme biologis, dan antropologi budaya dengan tiga
cabangnya: arkeologi, linguistik dan etnografi. Meski
antropologi fisik menyibukan diri dalam usahanya melacak asal usul nenek moyang
manusia serta memusatkan studi terhadap variasi umat manusia, tetapi pekerjaan
para ahli di bidang ini sesungguhnya menyediakan kerangka yang diperlukan oleh
antropologi budaya. Sebab tidak ada kebudayaan tanpa manusia. [8]
Jika budaya tersebut dikaitkan dengan agama,
maka agama yang dipelajari adalah agama sebagai fenomena budaya, bukan ajaran
agama yang datang dari Allah. Antropologi
tidak membahas salah benarnya suatu agama dan segenap perangkatnya, seperti
kepercayaan, ritual dan kepercayaan kepada yang sakral,[9] wilayah antropologi hanya terbatas pada
kajian terhadap fenomena yang muncul. Menurut Atho Mudzhar,[10] ada lima fenomena agama yang dapat dikaji,
yaitu:
1.
Scripture
atau naskah atau sumber ajaran dan simbol agama.
2.
Para penganut atau pemimpin atau pemuka agama, yakni sikap,
perilaku dan penghayatan para penganutnya.
3.
Ritus, lembaga dan ibadat, seperti shalat, haji, puasa, perkawinan
dan waris.
4.
Alat-alat seperti masjid, gereja, lonceng, peci dan semacamnya.
5.
Organisasi keagamaan tempat para penganut agama berkumpul dan
berperan, seperti Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, Gereja Protestan,
Syi’ah dan lain-lain.
Kelima obyek di atas dapat dikaji dengan pendekatan antropologi, karena
kelima obyek tersebut memiliki unsur budaya dari hasil pikiran dan kreasi
manusia.
C.
Pendekatan
antropologi dalam studi Islam (agama)
Pendekatan antropologis dalam memahami agama
dapat diartikan sebagai salah satu upaya memahami agama dengan cara melihat
wujud praktik keagamaan yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Melalui pendekatan ini agama nampak akrab dan dekat dengan
masalah-masalah yang dihadapi manusia dan berupaya menjelaskan dan memberikan
jawabannya. Dengan kata lain bahwa cara-cara yang digunakan dalam disiplin ilmu
antropologi dalam melihat suatu masalah digunakan dalam
disiplin ilmu agama. Antropologi dalam kaitan ini sebagaimana dikatakan Dawam
Raharjo, lebih mengutamakan pengamatan langsung, bahkan sifatnya partisipatif.
Dari sini timbul kesimpulan-kesimpulan yang sifatnya induktif yang mengimbangi
pendekatan deduktif sebagaimana digunakan dalam pengamatan sosiologis.
Penelitian antropologis yang induktif dan grounded, yaitu turun ke lapangan
tanpa berpijak pada, atau setidak-tidaknya dengan upaya membebaskan diri dari
kungkungan teori-teori formal yang pada dasarnya sangat abstrak sebagaimana
yang dilakukan di bidang sosiologi dan lebih-lebih ekonomi yang menggunakan
model-model matematis, banyak juga memberi sumbangan kepada penelitian historis.[11]
Penelitian antropologi agama harus dibedakan dari pendekatan-pendekatan
lain. Para peneliti antropologi harus melakukan atau menawarkan sesuatu yang lain
dari yang lain. Ia harus menimbulkan pertanyaan sendiri yang spesifik, berasal
dari perspektif sendiri yang spesifik, dan mempraktekkan metode sendiri yang
spesifik pula. Antropologi dapat dianggap sebagai ilmu keragaman manusia, dalam
tubuh mereka dan perilaku mereka. Dengan demikian, antropologi agama akan
menjadi penyelidikan scientific keragaman agama manusia. Sebagaimana ungkapan
yang berbunyi :
“The anthropological
study of religion must be distinguished and
distinguishable from
these
other approaches in some meaningful ways; it
must do or offer something that the others do not. It must raise its own specific
questions, come from
its own specific perspective, and practice
its own specific method. Anthropology can best be thought of
as the science of the diversity
of humans, in their bodies
and their behavior.
Thus, the anthropology of
religion will be the scien-tific investigation of the
diversity
of human religions”.[12]
Antropologi,
sebagai sebuah ilmu yang mempelajari manusia, menjadi sangat penting untuk
memahami agama. Antropologi mempelajari tentang manusia dan segala perilaku
mereka untuk dapat memahami perbedaan kebudayaan manusia. Dibekali dengan
pendekatan yang holistik dan komitmen antropologi akan
pemahaman tentang manusia, maka sesungguhnya antropologi merupakan ilmu yang
penting untuk mempelajari agama dan interaksi sosialnya dengan berbagai budaya.
Posisi
penting manusia dalam Islam juga mengindikasikan bahwa sesungguhnya persoalan
utama dalam memahami agama Islam adalah bagaimana memahami manusia.
Persoalan-persoalan yang dialami manusia adalah sesungguhnya persoalan agama
yang sebenarnya. Pergumulan dalam kehidupan kemanusiaan pada dasarnya adalah
pergumulan keagamaannya. Para antropolog menjelaskan keberadaan agama dalam
kehidupan manusia dengan membedakan apa yang mereka sebut sebagai 'common
sense' dan 'religious atau mystical event.' Dalam satu sisi common sense
mencerminkan kegiatan sehari-hari yang biasa diselesaikan dengan pertimbangan
rasional ataupun dengan bantuan teknologi, sementera itu religious sense adalah
kegiatan atau kejadian yang terjadi di luar jangkauan kemampuan nalar maupun
teknologi.
Dengan
demikian memahami Islam yang telah berproses dalam sejarah dan budaya tidak
akan lengkap tanpa memahami manusia. Karena realitas keagamaan sesungguhnya
adalah realitas kemanusiaan yang mengejawantah dalam dunia nyata. Terlebih dari
itu, makna hakiki dari keberagamaan adalah terletak pada interpretasi dan
pengamalan agama. Oleh karena itu, antropologi sangat diperlukan untuk memahami
Islam, sebagai alat untuk memahami realitas kemanusiaan dan memahami Islam yang
telah dipraktikkan-Islam that is practised-yang menjadi gambaran sesungguhnya
dari keberagamaan manusia. Karena begitu pentingnya penggunaan pendekatan antropologi dalam studi
Islam (agama), maka Amin Abdullah mengemukakan 4 ciri fundamental cara kerja pendekatan antropologi terhadap agama,[13] yaitu :
1.
Bercorak descriptive, bukannya normative.
2.
Yang terpokok dilihat oleh pendekatan antropologi adalah local practices
, yaitu praktik konkrit dan nyata di lapangan.
3. Antropologi selalu mencari keterhubungan dan keterkaitan antar berbagai
domain kehidupan secara lebih utuh (connections across social
domains).
4.
Comparative, artinya studi dan pendekatan
antropologi memerlukan perbandingan dari berbagai tradisi, sosial, budaya dan
agama-agama.
1)
Bercorak descriptive, bukannya normative.
Pendekatan antropologi bermula dan diawali dari kerja lapangan
(field work), berhubungan dengan orang, masyarakat,
kelompok setempat yang diamati dan diobservasi dalam jangka waktu
yang lama dan mendalam. Inilah yang biasa disebut dengan thick
description (pengamatan dan observasi di lapangan yang dilakukan secara serius,
terstuktur, mendalam dan berkesinambungan). Thick description
dilakukan dengan cara antara lain Living in , yaitu
hidup bersama masyarakat yang diteliti, mengikuti ritme dan pola hidup
sehari-hari mereka dalam waktu yang cukup lama. Bisa berhari-hari,
berbulan-bulan, bahkan bisa bertahun-tahun, jika ingin memperoleh hasil yang
akurat dan dapat dipertanggungjawabkansecara akademik. John R Bowen,
misalnya, melakukan penelitian antropologi masyrakat muslim Gayo,di
Sumatra, selama bertahun-tahun. Begitu juga dilakukan oleh para antropolog
kenamaan yang lain, seperti Clifford Geertz. Field note research
(penelitian melalui pengumpulan catatan lapangan) dan bukannya
studi teks atau pilologi seperti yang biasa dilakukan oleh para orientalis
adalah andalan utama antropolog.[14]
2)
Yang terpokok dilihat oleh pendekatan antropologi adalah local practices
, yaitu praktik konkrit dan nyata di lapangan.
Praktik hidup yang dilakukan sehari-hari, agenda mingguan, bulanan
dan tahunan, lebih -lebih ketika manusia melewati hari-hari atau peristiwa-peristiwa
penting dalam menjalani kehidupan. Ritus-ritus atau amalan-amalan apa
saja yang dilakukan untuk melewati peristiwa-peristiwa penting dalam kehidupan
tersebut (rites de pessages) ? Persitiwa kelahiran,
perkawinan, kematian, penguburan . Apa yang dilakukan oleh manusia ketika
menghadapi dan menjalani ritme kehidupan yang sangat penting tersebut?[15]
3)
Antropologi selalu mencari keterhubungan dan keterkaitan antar berbagai
domain kehidupan secara lebih utuh (connections across social
domains).
Bagaimana hubungan antara wilayah ekonomi, sosial, agama,
budaya dan politik. Kehidupan tidak dapat dipisah-pisah. Keutuhan dan
kesalingterkaitan antar berbagai domain kehidupan manusia. Hampir-hampir tidak
ada satu domain wilayah kehidupan yang dapat berdiri sendiri, terlepas
dan tanpa terkait dan terhubung dengan lainnya.[16]
4)
Comparative
Studi dan pendekatan
antropologi memerlukan perbandingan dari berbagai tradisi, sosial, budaya dan
agama-agama. Talal Asad menegaskan lagi disini bahwa “What is distinctive
about modern anthropology is the comparisons of embedded concepts
(representation) between societies differently located in time or space.
The important thing in this comparative analysis is not their origin (Western
or non-Western), but the forms of life that articulate them, the power
they release or disable.” Setidaknya, Cliffort Geertz pernah memberi
contoh bagaimana dia membandingkan kehidupan Islam di Indonesia dan
Marokko. Bukan sekedar untuk mencari kesamaan dan perbedaan, tetapi yang
terpokok adalah untuk memperkaya perspektif dan memperdalam bobot
kajian. Dalam dunia global seperti saat sekarang ini, studi komparatif
sangat membantu memberi perspektif baru baik dari kalangan outsider
maupun insider.
Meskipun menyebut
local practices untuk era globalisasi sekarang adalah debatable,
tetapi ada empat rangkaian tindakan keagamaan yang perlu dicermati oleh
penelitian antropologi. Pertama, adalah bagaimana seseorang dan atau
kelompok melakukan praktik-praktik lokal dalam mata rantai tindakan
keagamaan yang terkait dengan dimensi social, ekonomi, politik, dan
budaya. Sebagai contoh ada ritus baru yang disebut “walimah al-Safar”,
yang biasa dilakukan orang sebelum berangkat haji. Apa makna
praktik dan tindakan lokal ini dalam keterkaitannya dengan agama, sosial,
ekonomi, politik dan budaya? Religious ideas yang diperoleh dari
teks atau ajaran pasti ada di balik tindakan ini. Bagaimana tindakan ini
membentuk emosi dan menjalankan fungsi sosial dalam kehidupan yang
luas?. Bagaimana walimah safar yang tidak saja dilakukan di rumah tetapi
juga di laksanakan di pendopo kabupaten? Oleh karenanya, keterkaitan dan
keterhubungan antara local practices, religious ideas,
emosi individu dan kelompok maupun kepentingan sosial – poilitik tidak
dapat dihindari. Semuanya membentuk satu tindakan yang utuh.[17]
D.
Contoh
Rancangan Penelitian
yang Menggunakan Pendekatan Antropologi
Salah
satu contoh penelitian yang akan dikemukakan pada bagian ini adalah runtuhnya
Daulat Bani Umayah dan bangkitnya Daulat Bani Abasiyah. Untuk membahas topik
ini, M. Atho Mudzhar[18] menyarankan
sedikitnya ada empat hal yang harus diperhatikan dan diperjelas dalam rancangan
penelitian, yaitu: rumusan masalah, arti penting penelitian, metode penelitian
dan literatur yang digunakan. Keempat hal tersebut akan dirincikan secara
singkat sebagai berikut:
Pertama:
rumusan masalahnya adalah faktor-faktor apa saja yang menyebabkan jatuhnya Bani
Umayah dan bangkitnya Bani Abasiyah? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, harus
dirumuskan faktor penyebab runtuh atau bangkitnya dinasti, dan aspek apa saja
yang akan dilihat.
Kedua: menjelaskan
signifikasi penelitian, seperti menjelaskan maksud penelitian (sesuatu yang
belum pernah diteliti atau dibahas sebelumnya) dan kontribusi apa yang
diperoleh dari hasil penelitian setelah dilakukan nantinya.
Ketiga: metode
yang akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian dengan merinci hal-hal
seperti: bentuk dan sumber informasi serta cara mendapatkannya, memahami dan
menganalisa informasi serta cara pemaparannya.
Keempat:
melakukan telaah pustaka dan membuat rangkuman dari teori yang telah
dipaparkan. Setelah itu, seorang peneliti harus mengetahui apa saja yang belum
dibicarakan, dan dari sinilah akan diperoleh kontribusi dari hasil penemuan
penelitian.
E. Signifikasi Antropologi Sebagai Pendekatan Studi Islam
Dengan menggunakan pendekatan antropologis dalam memahami agama,
ternyata banyak diketahui keterkaitan antara agama dan berbagai hal yang
menyangkut manusia. Hal ini banyak diungkapkan oleh Abuddin Nata,[19] yaitu :
1. Ditemukan
adanya hubungan positif antara kepercayaan agama dengan kondisi ekonomi dan
politik, yang mana golongan masyarakat yang kurang mampu atau miskin lebih
tertarik kepada gerakan-gerakan keagamaan yang bersifat mesianis yang
menjanjikan perubahan tatanan sosial kemasyarakatan. Sedangkan golongan orang
kaya lebih cenderung untuk mempertahankan tatanan masyarakat yang sudah mapan
secara ekonomi lantaran tatanan itu menguntungkan pihaknya.
2.
Agama
ternyata berkorelasi dengan etos kerja dan perkembangan ekonomi suatu
masyarakat.
3. Agama
mempunyai hubungan dengan mekanisme pengorganisasian dalam masyarakat, seperti
penelitian yang dilakukan oleh Clifford Geert dalam bukunya The Religion of
Java yang membagi klasifikasi sosial masyarakat Muslim di Jawa menjadi 3 yaitu
santri, priyayi dan abangan.
4. Melalui
pendekatan antropologis fenomenologis terlihat adanya hubungan antara agama dan
negara (state and religion). Seperti terjadi di Indonesia yang penduduknya
mayoritas beragama Islam, tetapi menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal.
5.
Adanya
keterkaitan antara agama dengan psikoterapi, seperti pendapat Segmund Freud
yang menghubungkan agama dengan Oedipus Complex, yakni pengalaman infantil
seorang anak yang tidak berdaya di hadapan kekuatan dan kekuasaan bapaknya.
Jadi jelas bahwa agama memang banyak berhubungan
dengan berbagai masalah kehidupan manusia dan untuk mengetahui itu semua
dibutuhkan pendekatan antropologi. Termasuk juga dibutuhkan dalam memahami
ajaran agama, karena dalam ajaran agama banyak informasi dan uraian yang dapat
dijelaskan melalui ilmu antropologi dengan cabang-cabangnya.
III. PENUTUP
1.
Kesimpulan
Dari
pembahasan yang telah diuraikan secara panjang lebar, dapat disimpulkan bahwa :
a.
Antropologi
adalah sebuah ilmu yang mempelajari tentang manusia dari segi
keanekaragaman fisik serta kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi,
nilai-nilai) yang dihasilkannya, sehingga setiap manusia yang satu dengan yang
lainnya berbeda-beda.
b.
Ada 5 fenomena
agama yang menjadi obyek kajian dalam Pendekatan antropologi, yaitu :
1)
Scripture
atau naskah atau sumber ajaran dan simbol agama.
2)
Para penganut atau pemimpin atau pemuka agama, yakni sikap,
perilaku dan penghayatan para penganutnya.
3)
Ritus, lembaga dan ibadat, seperti shalat, haji, puasa, perkawinan dan
waris.
4)
Alat-alat seperti masjid, gereja, lonceng, peci dan semacamnya.
5)
Organisasi keagamaan tempat para penganut agama berkumpul dan
berperan, seperti Nahdatul Ulama, Muhammadiyah, Persis, Gereja Protestan,
Syi’ah dan lain-lain.
c.
Ada 4 ciri
fundamental cara kerja pendekatan
antropologi terhadap agama, yaitu :
1)
Bercorak descriptive, bukannya normative.
2)
Yang terpokok dilihat oleh pendekatan antropologi adalah local practices
, yaitu praktik konkrit dan nyata di lapangan.
3)
Antropologi selalu mencari keterhubungan dan keterkaitan antar berbagai
domain kehidupan secara lebih utuh (connections across social
domains).
4)
Comparative, artinya studi dan pendekatan
antropologi memerlukan perbandingan dari berbagai tradisi, sosial, budaya dan
agama-agama.
d.
Ada empat hal yang harus diperhatikan dan diperjelas dalam
rancangan penelitian dengan menggunakan pendekatan antropologi, yaitu: rumusan masalah, arti penting penelitian, metode
penelitian dan literatur yang digunakan.
e.
Pendekatan
antropologi sangat dibutuhkan dalam memahami ajaran agama, karena dalam ajaran
agama banyak informasi dan uraian yang dapat dijelaskan melalui ilmu
antropologi dengan cabang-cabangnya.
2.
Penutup
Demikian makalah yang
dapat kami sampaikan. Kami sadar dan tahu betul dalam makalah ini masih banyak
kekurangannya. Maka dari itu, sangat mengharapkan kritik dan sarannya yang
konstruktif demi kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Ed. Revisi,
(Jakarta: Rajawali Pres, 2012).
--------------------------------,Kamus Inggris Indonesia - Indonesian English Dictionary, http://www.xamux.com/eng-ind_anthropology.html, diakses tanggal 14 Oktober 2013.
Abd. Shomad dalam M. Amin Abdullah, dkk., Metodologi Penelitian
Agama, Pendekatan Multidisipliner, (Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN
Sunan Kalijaga, 2006).
Akbar S. Ahmad, Kearah Antropologi Islam, (Jakarta: Media Da’wah).
Amin Abdullah, Urgensi Pendekatan
Antropologi Untuk Studi Agama Dan Studi Islam, http://aminabd.wordpress.com/2011/01/14/urgensi-pendekatan-antropologi-untuk-studi-agama-dan-studi-islam/ diakses 12 okt 2013.
Artikata.com, Definisi'antropologi', lihat di http://www.artikata.com/arti-319317-antropologi.html, diakses tanggal 14 Oktober 2013.
Bustanuddin Agus, Agama dalam Kehidupan Manusia; Pengantar
Antropologi Agama, (Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2006).
M. Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998).
Jack David Eller, Introducing Anthropology
of Religion.( New York: Routledge
270 Madison Ave, 2007).
Parsudi Suparlan,“Agama Islam: Tinjauan Disiplin Antropologi”,
Tradisi Baru Penelitian Agama Islam; Tinjauan antar Disiplin Ilmu, (Bandung: Nuansa
bekerja sama dengan Pusjarlit, Cet. I, 1998).
Wawan, Definisi antropologi, lihat di http://wawan-satu.blogspot.com/2011/11/definisi-antropologi.html, diakses tanggal 14 Oktober 2013.
[3] Wawan, Definisi antropologi, lihat di http://wawan-satu.blogspot.com/2011/11/definisi-antropologi.html, diakses tanggal 14 Oktober 2013.
[4] --------------------------------,Kamus Inggris
Indonesia - Indonesian English Dictionary, http://www.xamux.com/eng-ind_anthropology.html, diakses tanggal 14 Oktober 2013.
[5]Artikata.com, Definisi'antropologi', lihat di http://www.artikata.com/arti-319317-antropologi.html, diakses tanggal 14 Oktober 2013.
[6]Wawan, Loc. Cit.
[7]Parsudi Suparlan,“Agama
Islam: Tinjauan Disiplin Antropologi”, Tradisi Baru Penelitian Agama Islam;
Tinjauan antar Disiplin Ilmu, (Bandung: Nuansa bekerja sama dengan Pusjarlit, Cet. I,
1998), h. 110.
[8]Abd.
Shomad dalam M. Amin Abdullah, dkk., Metodologi Penelitian Agama, Pendekatan
Multidisipliner, (Yogyakarta: Lembaga Penelitian UIN Sunan Kalijaga, 2006),
h. 62.
[9]Bustanuddin
Agus, Agama dalam Kehidupan Manusia; Pengantar Antropologi Agama,
(Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2006), h. 18.
[10]M.
Atho Mudzhar, Pendekatan Studi Islam dalam Teori dan Praktek,
(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1998), h. 15.
[12]Jack David Eller, Introducing Anthropology
of Religion.(
New York: Routledge 270 Madison Ave, 2007), h.
2.
[13] Amin Abdullah, Urgensi Pendekatan
Antropologi Untuk Studi Agama Dan Studi Islam, http://aminabd.wordpress.com/2011/01/14/urgensi-pendekatan-antropologi-untuk-studi-agama-dan-studi-islam/ diakses 12 okt 2013.
Matursuwun pak. sangat membantu
BalasHapusaku minta makalahnya ya... buat refrensi
BalasHapus* AYUK JOIN DAN RASAKAN SENSASI BERMAIN *
BalasHapusAgen S128
Agen Sabung Ayam
Arena Sabung Ayam
Sabungayam
Sejarah Sabung Ayam
Sabung Ayam Online Terpercaya
* KUNJUNGI SITUS KAMI DI *
http://www.gorengayam.co
* HANYA DI SINI ANDA BISA MERASAKAN KEMENANGAN TERUS MENERUS *
http://gulaiayammarketing.blogspot.com/2018/08/ciri-fisik-dari-sabung-ayam-filipina.html
dijual digi mini pom
BalasHapusdijual super mini pom
Pudel Blasteran Dijual Murah
Anakan Babi Belang "hewan unik"
hewan unik
ayam bangkok murah
Anakan kuda Liar Albino
Elang laut"